Fenomena iklim El Nino yang tengah melanda Indonesia mendatangkan kekhawatiran. Bagaimana tidak, ancaman kekeringan hingga krisis pangan menjadi dampak yang terus mengintai, bahkan kian nyata di masyarakat. Tahukah Anda, penyebab terjadinya El Nino dan dampaknya bagi petani? Sabar, ya. Untuk mengetahuinya, Anda perlu mengetahui dahulu arti El Nino.
El Nino merupakan sebuah fenomena cuaca yang terjadi akibat peningkatan suhu permukaan air di Samudra Pasifik Tengah dan Timur yang menjadi lebih hangat dari biasanya. Fenomena alami ini menyebabkan perubahan pola cuaca global, yang berdampak signifikan pada iklim di berbagai wilayah di dunia, termasuk di Indonesia. Ada beberapa mekanisme penyebab El Nino. Apa sajakah itu?
Penyebab El Nino di antaranya sebagai berikut.
1. Perubahan pola cuaca global.
Peningkatan suhu permukaan laut di wilayah Timur Pasifik mempengaruhi pola cuaca global dengan mengubah distribusi panas di atmosfer. Dampaknya dapat dirasakan di seluruh dunia, termasuk peningkatan suhu, perubahan pola hujan, dan anomali cuaca lainnya.
2. Pemanasan suhu permukaan laut.
Biasanya, angin pasat berhembus dari timur ke barat di kawasan Samudra Pasifik. Angin ini mendorong air hangat ke arah barat sehingga menyebabkan permukaan air di wilayah barat Samudra Pasifik menjadi lebih hangat daripada di wilayah timur.
3. Perubahan sirkulasi atmosfer.
Ketika El Nino mulai berkembang, angin pasat melemah atau bahkan berbalik arah, sehingga menyebabkan air hangat yang sebelumnya terperangkap di bawah permukaan laut di wilayah barat naik ke permukaan. Air hangat ini kemudian mengalir ke arah timur dan menyebabkan peningkatan suhu permukaan laut di wilayah Timur Pasifik.
Dampak El Nino sangat dirasakan oleh para petani antara lain kekeringan, gangguan musim tanam, dan penurunan kualitas tanaman. Oleh karena itu, petani dapat mempercepat jadwal penanaman sebelum masa kemarau tiba. Selain itu, pemerintah dapat melakukan perbaikan infrastruktur pengelolaan air seperti embung, dam parit, sumur resapan, rehabilitasi jaringan irigasi, dan pompanisasi.
Lihat Buku
Lihat Buku
Lihat Buku
Lihat Buku